Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi
(MIPA) adalah empat mata pelajaran teras atas anak eksak setingkat SMA.
Hingga saat ini, menjadi kalangan
pembelajar MIPA di tengah anak sekolahan merupakan kebanggaan tersendiri. Meski sebenarnya tidak ada perbedaan yang
begitu berarti antara IPA dan IPS dalam perjalanan suksesnya seorang pembelajar
di masa depan nanti.
Kalaulah hati diberi kesempatan memperdengarkan
rasanya, akan terdengar banyak jeritan dari ruang kelas IPA. Berjerit karena kengerian mapel MIPA. Matematika
dan fisika yang sesak dengan rumus dan angka. Kimia yang ramai dengan reaksi
unsurnya. Dan, biologi yang riuh dengan rentetan huruf latinnya. Tetapi, akan kabur kemana para pembelajar
IPA? Pindah jurusan IPS atau Bahasa?
Jangan kemana-mana dulu. MIPA
tidaklah seribet dan sengeri pikiran kebanyakan pembelajar. MIPA bisa berasa semanis
coklat dan es cream bila dikompromikan. Caranya?
Sebelum menyerah dan bertambah gerah dengan
geng mapel MIPA, coba dulu beberapa tips belajar MIPA berikut ini.
Pertama, Koleksi Buku Paket dan Bank Soal
Buku paket terbitan satu dengan
terbitan lainnya umumnya memiliki perbedaan dalam bahasa penjelasan, contoh
soal dan cara penyelesaian. Memiliki banyak buku paket untuk satu
jenis mapel bisa membantu pelajar memahami materi belajar. Yah, kalau kalimat
penjelasan dan contoh soal buku yang satu tidak dipahami, buku lainnya bisa
membantu. Dari beragam buku paket, bisa
ditemukan variasi contoh soal yang bisa dijadikan koleksi pengayaan. Selain buku paket, buku khusus
kumpulan soal (bank soal) yang disertai penyelesaian sangat membantu otak untuk
bertambah cerdas dalam dunia MIPA.
Tentunya setelah latihan menyelesaikan ragam soal yang bertebar dalam buku bank
soal.
Sekarang, pastikan diri Anda punyai buku paket minimal dua
dan minimal satu buku bank soal untuk setiap jenis mapel MIPA. Lalu bersiaplah
menjadi bintang di kelas....
Kedua, Coret-Coret Kertas
Matematika, fisika, dan kimia tidak
cukup dan tidak akan pernah cukup dimengerti bila hanya dibaca dan
dipandang-pandangi. Butuh banyak latihan pengerjakan contoh soal. Tiga mapel ini menuntut latihan
tangan alias coretan tinta di atas kertas cakaran. Dan bukan hanya sekali atau dua
kali coretan. Tetapi berkali-kali. Setidaknya, latihan menyelesaikan contoh
soal bisa memenuhi minimal 500 lembar kertas cakaran sepanjang satu semester
pembelajaran atau 3 lembar per hari. Nah,
apa tidak lecet jari jemari latihan coret-coret sebanyak itu?
Kebiasaan coret-coret ini membuat
tangan ikut hapal dan paham harus menulis apa saat mengerjakan soal-soal matematika,
fisika, dan kimia. Saat ingatan rumus terhenti sejenak, tangan masih tergerak
menuliskan apa yang seharusnya tertulis. Apa
benar bisa demikian? Insyaallah benar-benar bisa. Silahkan dicoba.
Oh yah, satu lagi. Upayakan
mengulangi latihan penyelesaian soal, minimal dua kali pengulangan untuk setiap
contoh soal. Hal ini untuk memastikan bahwa Anda telah betul-betul paham.
Ketiga, Ajarkan ke Teman
Percaya atau tidak, cara satu ini
sangat ampuh merekatkan ilmu dalam memori. Mengajarkan dan memahamkan ilmu ke orang lain merupakan satu tanda bahwa
pengajarnya telah menguasai apa yang diajarkan. Semakin sering mengulangi pengajaran
ke orang, semakin kuat pula ingatan kita sebagai pembagi ilmu terhadap ilmu
yang diajarkan.
Keempat, Respek pada Guru
Segudang buku, berjuta contoh soal, dan
ribuan lembar kertas penuh coretan cakaran sangat berpeluang menjeniuskan
seorang pelajar. Bila Anda pelajar dan telah mencoba
semua langkah namun tetap sulit paham materi pelajaran, khususnya MIPA, coba
ingati bagaimana perlakuan hati dan
sikapmu pada guru.
Cara hati merespon dan cara bersikap seorang
pelajar terhadap guru juga menjadi penentu mudahnya memahami ilmu yang
diajarkan guru. Mungkin Anda masih kurang
respek pada guru Anda sehingga hati dan memori terhalangi dari sentuhan ilmu sang
guru. Jadinya, tidak pahamlah Anda. Kalaupun mengerti, hanya beberapa hari Anda
pun lekas lupa.
Solusinya: latih dan paksa raga dan
hati Anda tuk respek pada setiap guru.
Respek adalah sikap hormat yang disertai rasa hormat dan pemuliaan yang
tulus.
Heldiana Pahena