Hidup ini tidak dijalani seorang diri. Dan memang
tidak akan bisa demikian. Ada orang lain di sekitaran kita, bahkan sangat
banyak.
Itupun, tak seorang dari mereka yang persis sama
dengan kepribadian kita. Kebanyakannya sangat berbeda.
Butuh prinsip interaksi positif di tengah jalinan hubungan
kemanusiaan yang kita jalani. Agar bukan kekacauan dan keretakan hati yang
muncul. Diantara prinsip itu, sebagai berikut:
1. Hindari kebiasaan menyalahkan orang lain
Meski Anda dalam posisi benar, bukan sesuatu yang
berterima baik di hati orang yang bersalah bila langsung Anda salahkan atau
pojokkan.
Tak hanya berpeluang mendapat penolakan dari manusia,
kebiasaan menyalahkan orang lain membuat Anda akan semakin jauh dari perbaikan
diri. Yah, karena merasa tidak pernah
salah.
2. Berikan Penghargaan yang tulus kepada orang lain
Siapapun orangnya, jika diberikan penghargaan yang tulus, tentu akan merasa senang dan bahagia.
2. Berikan Penghargaan yang tulus kepada orang lain
Siapapun orangnya, jika diberikan penghargaan yang tulus, tentu akan merasa senang dan bahagia.
Penghargaan tidak harus berupa materi,
penghargaan bisa ucapan pengakuan. Atau minimal ucapan ‘terima kasih, Anda
baik’ atau ‘Anda memang hebat’, dan kalimat kalimat penghargaan sederhana
lainnya.
3. Bangkitkan motivasi sukses pada diri orang lain
Kata-kata bernuansa dukungan atau motivasi singkat atas upaya baik yang dilakukan sesorang sangatlah menambah energi untuk melakukan yang lebih baik lagi. Dan itu menyenangkan bagi pendemgarnya.
3. Bangkitkan motivasi sukses pada diri orang lain
Kata-kata bernuansa dukungan atau motivasi singkat atas upaya baik yang dilakukan sesorang sangatlah menambah energi untuk melakukan yang lebih baik lagi. Dan itu menyenangkan bagi pendemgarnya.
Sebaliknya, lontaran satu kata yang mengendorkan semangat
kreasi atau kerja keras orang, cukup menyakitkan. Di saat seperti ini,
sepertinya ketiadaan orang penyurut semangat lebih terharapkan.
“Kalimat
yang baik adalah sedekah” (HR.Bukhori dan Muslim)
4. Berikan perhatian yang tulus
Kepura-puraan, meski terekspresi sangat manis, tetap saja
akan kurang ‘berasa’ di hati penyaksinya.
Termasuk dalam hal ‘perhatian’. Hati manusia yang masih
cukup normal lagi peka, cukup bisa mengenali perhatian tulus atau perhatian
pura-pura yang terpersembahkan untuknya.
Olehnya, cobalah memaksakan diri untuk memberi perhatian
tulus kepada mereka yang membutuhkannya. Meski hanya berupa satu kata sederhana
atau tatapan sekilas.
5. Ingat nama orang lain, gunakan nama yang bersangkutan di dalam percakapan atau komunikasi.
Ini terlihat sederhana. Tetapi sejatinya, punya makna
berarti. Sangatlah berbeda reaksi hati, ketika mendengari seseorang mengenali
nama kita dibandingkan mendapati mereka lupa atau tidak tahu nama sama sekali.
Pastinya, manusia mana pun senang saat tahu bahwa orang
mengenali dan menyebut namanya.
6. Jadilah pendengar aktif
Saat seserang datang membicarakan sesuatu di hadapan
Anda, dengarkanlah dengan seksama. Tahan sejenak untuk tidak menyela
pembicaraannya. Tunjukkan bahwa Anda serius menyimaknya. Walau mungkin yang ia bicarakan tidak penting sama sekali. Lalu
sesekali, berilah ucapan respon Anda. Demikian inilah sangatlah membahagiakan bagi
pembicara.
7. Tersenyumlah
Bagaimana pun sederhananya wajah Anda, tetap saja akan terlihat sangat menyenangkan saat mendapatinya dalam kondisi tersenyum atau ceria.
8. Berbicaralah hal-hal yang diminati orang lain.
Diantara hal yang membuat orang lain betah adalah mendengarkan
hal-hal yang diminati jiwanya.
Maka, belajarlah mendeteksi hal yang diminati orang yang
sedang berinteraksi dengan Anda. Agar mereka tidak berpikiran untuk lari menghindar.
Ingat. Termasuk hal membosankan berinteraksi dengan orang
yang bahan pembicaraannya hanya berisi tentang dirinya sendiri.
9. Buatlah orang lain merasa dirinya penting dengan tulus.
10. Hormati pendapat orang lain, walaupun kita tidak sependapat dengannya. Bukannya justru mengajaknya berdebat.
9. Buatlah orang lain merasa dirinya penting dengan tulus.
10. Hormati pendapat orang lain, walaupun kita tidak sependapat dengannya. Bukannya justru mengajaknya berdebat.
Heldiana
Pahenna