Bagi pemilik kedudukan, harta, atau
usia lebih tua, tidak sulit baginya untuk mendapatkan penghormatan. Namun, sikap
respek belum tentu didapatnya. Bukankah
sikap bisa terkesan hormat tetapi hati sebenarnya bercibir membenci?
Nah, dalam dunia interaksi guru dan
siswa, sikap respek sepertinya telah lama memudar. Sering, sikap hormat siswa hadir
seperti terpaksa. Saat bersapa guru, terlihat sopan dan hormat. Tetapi ketika
berpisah tempat, rentetatan kalimat menggerutu dan mencerca guru dengan
mudahnya mengalir dari lisan siswa. Sebenarnya
apa yang terjadi?
Faktor
internal kaburnya respek siswa terhadap guru bila ditinjau dari siswa dan guru sebagai berikut.
Siswa
1. Posisi sosial lebih
tinggi dari guru, hal ini sering terjadi bila mana sang siswa berasal dari
keluarga yang terpandang atau orang tuanya merupakan pejabat. Jadi dengan
posisi orang tuanya tersebut siswa seakan tidak takut pada apapun termasuk pada
guru karena orangtunya pasti akan mendukung anaknya.
2. Posisi ekonomi lebih
baik dari guru, hal ini banyak terjadi disekolah favorit dan internasional.
Siswa tersebut akan memandang rendah gurunya, karena posisi ekonominya lebih
baik dari gurunya. Dimana siswa kesekolah dengan kendaraan mobil, sedangkan
sang guru hanya naik sepeda motor.
3. Siswa lebih paham
dengan materi yang diajarkan, pada masa sekarang pendalaman materi bukan hanya
didapat dari sekolah. Bagi siswa yang serius belajar, mereka akan mencari cara
untuk menperdalam materi dengan cara kursus baik melalui lembaga atau privat.
Hal ini memungkinkan siswa bisa saja lebih paham dari siswa lainya. Apa lagi
bila siswa itu lebih paham dari gurunya maka akan memberikan pandangan rendah
terhadap guru tersebut.
Guru
1. Penampilan guru, ini
sangat penting karena siswa akan menilai rapi atau kucel cara berpakaian guru,
harum atau bau aroma tubuh guru tersebut, panjang atau pendek rambut guru
(khusus guru laki – laki).
2. Telat atau jarang
masuk, dengan beban 24 jam pelajaran dan banyaknya adminitrasi yang harus
dibuat oleh seorang guru ditambah lagi ada side jobuntuk menambah
penghasilan. Akan berdampak pada performa guru tersebut sehingga sering telat
dan tidak masuk.
3. Pilih kasih, sifat ini
yang sering tidak disadari oleh guru dan sering membanding – bandingkan siswa
yang satu dengan siswa yang lain.
4. PR dan tugas sering
gak dikoreksi, dengan mengoreksi dan memberikan nilai merupakan reward bagi siswa dimana
guru telah menghargai hasil kerja keras siswa tersebut.
5. Berkata kasar,
perkataan yang kasar akan membat pandangan negatif siswa terhadap guru.
6. Suka perintah, suka
memerintah siswa diwaktu dan tempat yang tidak sepantasnya.
7. Menghukum semena-mena,
guru hanyalah manusia biasa dimana ada masalah diluar sekolah yang sering
terbawa disekolah. Perlunya sikap profesional guru untuk membedakan masalah
sekolah dengan masalah luar sekolah. Sehingga siswa tidak menjadi pelampiasan
untuk masalah – masalah guru tersebut.
Beberapa
faktor di atas apabila tidak ditanggulangi dan diatasi secara serius akan
berdampak pada kegiatan belajar mengajar. Dampak
yang akan terjadi yaitu:
1. Siswa tidak hormat dan
segan pada guru
2.
Siswa tidak mau
dinasehati.
3.
Tidak mendengarkan perkataan
guru
4.
Menganggap guru
sebagai teman
5.
Sampai berani berkata
kasar kepada guru.
Solusi untuk mengembalikan respect
siswa terhadap guru
Guru harus mempunyai strategi atau
cara untuk mendapatkan rasa hormat (respect) siswa, agar proses belajar
mengajar berjalan dengan baik. Sebagaimana telah ditulis oleh Edna Sackson
seorang guru yang berasal dari Australia (2010), ada 10 cara untuk
mendapatkan respect (rasa hormat) siswa yaitu :
1. Hormati siswa anda,
untuk mendapatkan rasa hormat dari siswa, guru harus menghormati siswa terlebih
dahulu. Hormatilah sikap dan sifat positif siswa, pendapat siswa, karya siswa
dan secara automatis mereka akan menghormati guru tersebut.
2. Buatlah perjanjian
dengan siswa, ini bertujuan untuk membuat peraturan kelas yang akan disetujui
oleh siswa sesuai batas kemampuan siswa dan dikombinasikan dengan aturan
sekolah. Sehingga siswa akan lebih patuh pada peraturan yang telah mereka buat
sendiri.
3. Jadilah bagian dari
mereka, guru harus lebih jeli dimana harus menempatkan diri dalam situasi
belajar. Dimana guru bisa jadi teman belajar, fasilitator, dan guru bukan
menjadi diktator dalam kelas.
4. Memberikan hak
kebutuhan fisik mereka, misalnya untuk buang air ditengah proses belajar atau
makan dan minum pada waktu yang telah diberikan.
5. Bersikap adil dan
wajar, sebagai guru harus dituntut adil sehingga tidak pilih kasih atau
berpihak pada seseorang atau satu kelompok. Dan bersikap wajar, bukan membuat
suasana yang tidak mungkin sehingga membuat ketegangan antar siswa.
6. Humoris, sikap yang menyenangkan
dari guru akan membuat pelajaran menjadi rileks dan jauh dari ketegangan. Dan
tegaslah apabila terjadi lelucon siswa yang merugikan siswa lain.
7. Berikan ruang
berekspresi siswa, berikan motivasi agar siswa berfikir kreatif dan inovatif
dalam menentukan pembelajaran. Dan jangan membatasi mereka dengan cara – cara
kaku atau guru yang bersifat text
book.
8. Jujur, jangan ada pura
– pura. Katakan salah bila salah dan benar bila benar dengan tutur kata yang
baik agar tidak menyakiti hati dan diterima oleh siswa.
9. Guru adalah manusia,
katakan maaf kalau guru melakukan kesalahan dan jangan melemparkan kesalahan
kepada siswa.
10. Berikan siswa
kebebasan untuk berpendapat dan memilih dalam pembelajaran. Jangan selalu
mem-vonis semua pendapat dan pilihan siswa salah. Biarkan dulu mereka
berpendapat dan memilih sampai ada pendapat atau pilihan yang benar. Dan
kalaupun belum ada maka ini adalah tugas guru untuk membenarkan dan menjelaskan
pendapat dan pilihan yang benar.
Dengan 10 cara diatas diharapkan
akan menjadi solusi untuk mengembalikan rasa hormat (respect) siswa
terhadap guru.
Catatan khusus untuk
pendidik muslim:
Bila
Anda seorang pendidik dan berstatus muslim, maka modal utama Anda mendidik
adalah keimanan dan kebaikan akhlak Anda. Semakin membaik iman dan hubungan
Anda dengan Allah, maka Allah-lah yang akan menunjuki Anda cara-cara terbaik mendidik generasi umat ini.
Allah pula yang akan menuntun hati dan sikap siswa untuk menghormati dan
mencintai Anda selaku gurunya.
Sebaliknya,
merosotnya iman dan memburuknya akhlak Anda selaku guru adalah awal
keterpurukan hubungan Anda dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Yang
akan berujung: mereka tidak berselera memahami pelajaran bahkan membenci Anda.
Heldiana Pahenna